Aku menyadari ini terlalu dini bagiku untuk jatuh hati. Terlebih pada sosok yang bahkan belum pernah aku temui. Tapi bukankah hati tak pernah sanggup memilih; pada sosok yang mana ia akan tertambat? Terserah, mana suka.
.
Aku menikmati setiap inci hatiku yang jatuh padamu. Rasanya menyenangkan sebab kau selalu punya cara untuk membuatku merasa bahagia. Pun aku tak ingat kapan terakhir aku merasakan hal demikian. Diam-diam aku bersyukur dapat mengenalmu meski mungkin caranya tak biasa.
.
.
Dalam gegap gempita aku dipaksa segera sadar; ini semu semata (?)
.
.
.
Aku tak tahu, tapi kau tiba-tiba berlalu. Tanpa ucapkan selamat berpisah, apa lagi sampai berjumpa. Sakit. Harapan yang perlahan ku bangun demi kebahagiaan nyatanya sirna hanya dalam sekali kejap. Kalau boleh aku meminta, aku hanya ingin lebih lama bersamamu. Membangun lagi kebiasaan yang menyenangkan. Masih banyak kisah yang ingin ku ceritakan. Dan aku juga masih ingin mendengar celoteh-celotehmu yang riang. Masih ada temu yang kita janjikan. Masih banyak jerejak yang harusnya kita ciptakan.
.
.
.
.
Bolehkah aku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar