Pada akhirnya aku harus tahu bahwa hatiku yang jatuh terlalu dini harus menemui titik henti. Hati yang hampir aku miliki sudah punya rumah yang lain, yang sayangnya ia sembunyikan dariku. Entah untuk apa, entah karena apa. Pada akhirnya aku harus menerima kenyataan bahwa aku hanyalah penyewa rumah perempuan lain yang diam-diam punya keinginan untuk menjadi pemilik tetap. Salahkah aku? Sebab selama ini aku tidak tahu bahwa statusku hanya menumpang dan menyewa. Ia menyembunyikannya. Entah untuk apa, sekali lagi.
.
Ini adalah patah hatiku yang kesekian kalinya. Namun ini adalah patah hati tersakit yang pernah aku rasakan kedua kalinya. Yang pertama, untuk sosok yang sampai saat ini masih menghantui pikiranku. Aku bodoh? Tak apa, ku terima anggapan itu jika karena mencintainya. Sebab mencintainya, aku tak ingin lekas menjadi pintar.
.
.
Pada keramaian ini aku sepi. Saat ada hati yang lain di sisiku, aku tetap kosong. Segala pikiranku hanya terpusat padanya yang entah ada di mana. Di mana kah ia? Sedang apakah ia? Adakah ia berlalu di hadapan tanpa aku tahu? Adakah ia sedikit saja berpikir tentangku? Dan hal-hal lain yang masih saja tentang ia.
.
.
.
Sakit. Tapi aku sudah kehabisan air mata. Aku hanya ingin bertemu dengannya sekali lagi saja.
.
.
.
.
Kota Lama, 7 Januari 2018, 8:19 pm
aku masih rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar