Ia entah di mana. Ia entah sedang apa. Ia entah sedang bersama siapa. Sementara aku rindu.
Tiga hari yang lalu pertemuan tanpa sengaja itu menyadarkan aku bahwa jatuh cinta masih saja nikmat rasanya. Maklum, sudah sekian lama aku lupa bagaimana syahdunya mencinta. Bukan tanpa alasan. Sebab dalam jeda waktu yang sekian lama itu yang ku rasa hanyalah kehampaan. Tapi kembali lagi pada pernyataan bahwa ia berhasil membuatku sadar kembali nikmat dan syahdunya jatuh cinta. Ya ampun, mengapa mendadak aku jadi menggelikan seperti ini? Bicara cinta seolah baru kemarin saja tahu rasanya jatuh cinta. Ingat umur, dong!
Bicara umur, bicara usia, aku mendapat tambahan kesadaran bahwa ternyata ada yang mengganjal di antara aku dan ia. Bagaimana mungkin? Tapi aku cinta. Pujangga bilang cinta tak kenal batasan-batasan, termasuk di dalamnya jarak, bahasa, percaya, usia. Usia. Waktu. Kala. Kala. Kala. Aku.
Pada malam ketiga setelah pertemuanku dengannya, aku tahu bahwa aku memilih untuk tidak peduli dengan apa pun yang menjadi obrolan tabu mereka. Persetan dengan usia, terang saja aku jatuh cinta!
NB: [KALA] adalah bagian dari catatan kecil menuju proyek panjang masa depan. Wish me luck.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar